Minggu, 03 Oktober 2010

Cloud Computing, Teknologi Komputasi Masa Depan

|0 komentar

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi ini juga mengalami perkembangan kearah pencapaian kemudahan dan kenyamanan luar biasa dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang dianggap tidak mungkin dapat dikerjakan dalam waktu singkat. Baik berupa interaksi sosial, marketing, dan kegiatan yang dapat menarik minat pengguna lainya. oleh karena itu, pengguna internet meningkat cepat dan merambah kesemua kalangan. Pengembangan teknologi computasi berbasis internet sekarang ini lebih diarahkan kepada proses pengaplikasian sistem yang mudah dan tidak memerlukan banyak waktu atau tenaga. Permasalahan diperoleh dalam pengolahan system jaringan. Apabila ada suatu perubahan pada program aplikasi internet pada server dalam jaringan lokal, datanya harus diinstal ulang atau disesuaikan kembali. termasuk pada pemakaian komputer biasa, diperlukan sistem operasi dan program aplikasi. Sistem operasi sangat menentukan program aplikasi. Kalau pemakai memilih sistem operasi MS Windows misalnya, maka aplikasinya pun harus berbasis Windows. Demikian juga kalau sistemnya berbasis DOS, Linux, Mac, dan sebagainya. Padahal memilih sistem operasi sendiri sering membuat user pusing.

Sekarang konsep teknologi informasi Cloud Computing sedang hangat dibicarakan. Istilah Cloud Computing mungkin belum banyak didengar, karena memang masih baru. Namun, perkembangannya sangat luar biasa. Disebut-sebut teknologi Could Computing dapat menghilangkan permasalahan yang dijelaskan diatas. Perusahaan-perusahaan besar di bidang IT pun sekarang mencurahkan perhatiannya ke sana. Apa sebenarnya cloud computing itu? Komputasi awan merupakan istilah bagi dunia TI yang sistemnya hanya disewa. Maksudnya, dalam menerapkan teknologi ini, pelanggan diharuskan untuk menyewa beberapa komponen kerja di TI, seperti server penyimpanan data hingga data center. Melihat dari tren ini kita dapat memprediksi masa depan, standard teknologi akan menjadi lebih sederhana karena ketersediaan dari banyak cloud service. Seluruh nama besar seperti IBM, Microsoft, Google, dan Apple, saat ini sedang terlibat dalam peperangan untuk menjadi penguasa terbesar terhadap awan ini. Tentu saja masing-masing mengeluarkan jurusnya sendiri-sendiri.

Definisi Cloud Computing

Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan Internet-based service untuk mensupport business process, Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi‘) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’). Cloud /awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya adalah suatu moda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet (“di dalam awan”) tanpa pengetahuan tentangnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut jurnal yang dipublikasikan IEEE, Internet Computing/Cloud Computing adalah suatu paradigma dimana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.

“Cloud Computing” secara sederhana adalah “layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet”. Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara sharing yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server.

Sejarah Cloud Computing

Ide awal dari cloud computing bisa ditarik ke tahun 1960-an, saat John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa “suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur publik, seperti halnya listrik dan telepon”. Namun baru di tahun 1995 lah, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan ide “Network Computing” sebagai kampanye untuk menggugat dominasi Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya. Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain, dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka. PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna.

Ide “Network Computing” ini sempat menghangat dengan munculnya beberapa pabrikan seperti Sun Microsystem dan Novell Netware yang menawarkan Network Computing client sebagai pengganti desktop. Namun akhirnya, gaung Network Computing ini lenyap dengan sendirinya, terutama disebabkan kualitas jaringan komputer yang saat itu masih belum memadai, sehingga akses Network Computing ini menjadi sangat lambat, sehingga orang-orang akhirnya kembali memilih kenyamanan PC Desktop, seiring dengan semakin murahnya harga PC. Tonggak selanjutnya adalah kehadiran konsep ASP (Application Service Provider) di akhir era 90-an. Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas jaringan komputer, memungkinkan akses aplikasi menjadi lebih cepat. Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh sejumlah pemilik data center untuk menawarkan fasilitasnya sebagai tempat ‘hosting’ aplikasi yang dapat diakses oleh pelanggan melalui jaringan komputer. Dengan demikian pelanggan tidak perlu investasi di perangkat data center. Hanya saja ASP ini masih bersifat “privat”, di mana layanan hanya dikastemisasi khusus untuk satu pelanggan tertentu, sementara aplikasi yang di sediakan waktu itu umumnya masih bersifat client-server. Kehadiran berbagai teknik baru dalam pengembangan perangkat lunak di awal abad 21, terutama di area pemrograman berbasis web disertai peningkatan kapasitas jaringan internet, telah menjadikan situs-situs internet bukan lagi berisi sekedar informasi statik. Tapi sudah mulai mengarah ke aplikasi bisnis yang lebih kompleks.

Dan seperti sudah sedikit disinggung sebelumnya, popularitas Cloud Computing semakin menjulang saat di awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM dalam bentuk Software as a Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan gegap gempita. Dengan misinya yang terkenal yaitu “The End of Software”, Benioff bisa dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry Elisson, tentang Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian. Selanjutnya jargon Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu dunia teknologi informasi. Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang didorong oleh nama-nama besar seperti Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud), Google dengan Google App Engine-nya, tak ketinggalan raksasa biru IBM meluncurkan Blue Cloud Initiative dan lain sebagainya. Semua inisiatif ini masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun masih terus mencari bentuk terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi akademis. Bahkan dari sisi akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini hal ini baru bermunculan di tiga tahun belakangan. Akhirnya seperti yang kita saksikan sekarang, seluruh nama-nama besar terlibat dalam pertarungan menguasai awan ini. Bahkan pabrikan Dell, pernah mencoba mempatenkan istilah “Cloud Computing”, namun ditolak oleh otoritas paten Amerika.

Walaupun di luar negeri perebutan kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak demikian dengan di tanah air Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar mencoba masuk di area ini masih sangat sedikit. Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT Telkom, yang setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis Software as a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka, yang menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah. Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT Codephile, Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri terhadap Cloud Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya:

1. Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih terbatas, bandwith masih terbatas;
2. Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih menjadikan media internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi;
3. Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan cloud ini, karena harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan, hardware dan software sekaligus.

Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di sini, tidak hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu saja peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di sini.

Kriteria Cloud Computing

Seperti sudah sedikit dijelaskan dalam tulisan terdahulu, bahwa tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam kategori cloud computing. Ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem untuk bisa di masukkan dalam keluarga Cloud Computing, yaitu :

1. Swalayan (On Demand Self Service)

Seorang pelanggan dimungkinkan untuk secara langsung “memesan” sumber daya yang dibutuhkan, seperti processor time dan kapasitas penyimpanan melalui control panel elektronis yang disediakan. Jadi tidak perlu berinteraksi dengan personil customer service jika perlu menambah atau mengurangi sumberdaya komputasi yang diperlukan.

2. Akses Pita Lebar (Broadband Network Access)

Layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik menggunakan thin client, thick client ataupun media lain seperti smartphone.

3. Sumberdaya Terkelompok (Resource pooling)

Penyedia layanan cloud, memberikan layanan melalui sumberdaya yang dikelompokkan di satu atau berbagai lokasi date center yang terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant. Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan sejumlah sumberdaya komputasi tersebut digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user, di mana sumberdaya tersebut baik yang berbentuk fisik maupun virtual, dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan pengguna/pelanggan sesuai permintaan.

Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan darimana permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi oleh penyedia layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumberdaya komputasi ini meliputi media penyimpanan, memory, processor, pita jaringan dan mesin virtual.

4. Elastis (Rapid elasticity)

Kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan cepat disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas besarnya, dan dapat “dibeli” kapan saja dengan jumlah berapa saja.

5. Layanan Yang Terukur (Measured Service)
Sumberdaya cloud yang tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang digunakan (penyimpanan, memory, processor, lebar pita, aktivitas user, dan lainnya). Dengan demikian, jumlah sumberdaya yang digunakan dapat secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk membayar biaya penggunaan layanan.

Karakteristik Cloud Computing

Cloud service biasanya memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:

  1. Sangat cepat di deploy, sehingga cepat berarti instant untuk implementasi.
  2. Biaya start-up teknologi ini mungkin akan sangat murah atau tidak ada dan juga tidak ada investasi kapital.
  3. Biaya dari service dan pemakaian akan berdasarkan komitmen yang tidak fix.
  4. Service ini dapat dengan mudah di upgrade atau downgrade dengan cepat tampa adanya Penalty.
  5. Service ini akan menggunakan metode multi-tenant (Memungkinkan banyak customer dalam 1 platform).
  6. Kemampuan untuk meng-customize service akan menjadi terbatas.

Layanan cloud memiliki tiga karakteristik khusus yang membedakannya dari hosting tradisional. Layanan ini dijual berdasarkan permintaan, yang biasanya per menit atau per jam dan bersifat elastis, user boleh memiliki berapapun layanan yang diinginkan sesuai waktu yang diberikan, dan layanan ini dikelolah penuh oleh provider (pelanggan hanya perlu komputer dan akses Internet). Inovasi-inovasi yang signifikan dalam hal virtualisasi dan distributed computing, termasuk juga peningkatan akses ke Internet berkecepatan tinggi dan perbaikan ekonomi, telah meningkatkan ketertarikan orang kepada cloud computing.

Sebuah cloud bisa berlabel privat atau publik. Public Cloud menjual layanan ke siapapun di internet. (Saat ini, Amazon Web Service merupakan provider public cloud terbesar) Private Cloud adalah jaringan proprietary atau data center yang mensuplai layanan-layanan ter-host kepada orang-orang dalam jumlah terbatas. Jika sebuah service provider menggunakan sumber-sumber milik private cloud, maka hasilnya disebut virtual private cloud. Private atau publik, tujuan dari cloud computing adalah menyediakan akses yang mudah, skalabel kepada sumber-sumber komputasi dan layanan TI.

Teknologi cloud akan memberikan kontrak kepada user untuk service pada 3 tingkatan:

  1. Infrastructure as Service, hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service;
  2. Platform-as-a-service: hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini memungkinkan developer untuk tidak memikirkan hardware dan tetap fokus pada application development nya tampa harus mengkhawatirkan operating system, infrastructure scaling, load balancing dan lainya. Contoh nya yang telah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investmen.

1. Software as a Service (SaaS).

SaaS ini merupakan layanan Cloud Computing yang paling dahulu populer. Software as a Service ini merupakan evolusi lebih lanjut dari konsep ASP (Application Service Provider). Sesuai namanya, SaaS memberikan kemudahan bagi pengguna untuk bisa memanfaatkan sumberdaya perangkat lunak dengan cara berlangganan. Sehingga tidak perlu mengeluarkan investasi baik untuk in house development ataupun pembelian lisensi.

Dengan cara berlangganan via web, pengguna dapat langsung menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh penyedia layanan. Hanya saja dengan konsep SaaS ini, pelanggan tidak memiliki kendali penuh atas aplikasi yang mereka sewa. Hanya fitur-fitur aplikasi yang telah disediakan oleh penyedia saja yang dapat disewa oleh pelanggan.

Dan karena arsitektur aplikasi SaaS yang bersifat multi tenant, memaksa penyedia untuk hanya menyediakan fitur yang bersifat umum, tidak spesifik terhadap kebutuhan pengguna tertentu. Meskipun demikian, kustomisasi tidak serta-merta diharamkan, meskipun hanya untuk skala dan fungsi yang terbatas.

Tapi dengan berkembangnya pasar dan kemajuan teknologi pemrograman, keterbatasan-keterbatasan itu pasti akan berkurang dalam waktu tidak terlalu lama. Untuk contoh layanan SaaS, tentu saja kita harus menyebut layanan CRM online Salesforce.com–yang dikomandai Marc Benioff dan telah menjadi ikon SaaS ini.

Selain itu Zoho.com, dengan harga yang sangat terjangkau, menyediakan layanan SaaS yang cukup beragam, dari mulai layanan word processor seperti Google Docs, project management, hingga invoicing online. Layanan akunting online pun tersedia, seperti yang diberikan oleh Xero.com dan masih banyak lagi. IBM dengan Lotuslive.com nya dapat dijadikan contoh untuk layanan SaaS di area kolaborasi/unified communication.

Sayangnya untuk pasar dalam negeri sendiri, seperti sudah saya sampaikan dalam tulisan terdahulu, masih sangat sedikit yang mau berinvestasi untuk menyediakan layanan SaaS ini.

2. Platform as a Service (PaaS)

Seperti namanya, PaaS adalah layanan yang menyediakan modul-modul siap pakai yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah aplikasi, yang tentu saja hanya bisa berjalan diatas platform tersebut. Seperti juga layanan SaaS, pengguna PaaS tidak memiliki kendali terhadap sumber daya komputasi dasar seperti memory, media penyimpanan, processing power dan lain-lain, yang semuanya diatur oleh provider layanan ini. Pionir di area ini adalah Google AppEngine, yang menyediakan berbagai tools untuk mengembangkan aplikasi di atas platform Google, dengan menggunakan bahasa pemrograman Phyton dan Django.

Kemudian Salesforce juga menyediakan layanan PaaS melalui Force.com, menyediakan modul-modul untuk mengembangkan aplikasi diatas platform Salesforce yang menggunakan bahasa Apex.
Dan mungkin yang jarang sekali kita ketahui, bahwa Facebook juga bisa dianggap menyediakan layanan PaaS, yang memungkinkan kita untuk membuat aplikasi diatasnya. Salah satu yang berhasil menangguk untung besar dari layanan PaaS Facebook adalah perusahaan bernama Zynga, yang tahun lalu saja berhasil meraup keuntungan bersih lebih dari US$ 100 juta, lebih besar dari keuntungan yang didapat oleh Facebook sendiri. Anda mungkin akan sedikit terkejut kalau saya beritahu bahwa Zynga ini bisa untung besar dari aplikasi yang sama sekali tidak serius, tapi mengandung zat adiktif luar biasa yaitu: Farmville, yang hingga kini telah berhasil menjadikan 80 juta lebih penduduk Facebook menjadi petani yang rajin mencangkul, menanam dan panen serta memerah susu sapi demi keuntungan mereka.

3. Infrastructure as a Service (IaaS).

IaaS terletak satu level lebih rendah dibanding PaaS. Ini adalah sebuah layanan yang “menyewakan” sumberdaya teknologi informasi dasar, yang meliputi media penyimpanan, processing power, memory, sistem operasi, kapasitas jaringan dan lain-lain, yang dapat digunakan oleh penyewa untuk menjalankan aplikasi yang dimilikinya.

Model bisnisnya mirip dengan penyedia data center yang menyewakan ruangan untuk co-location, tapi ini lebih ke level mikronya. Penyewa tidak perlu tahu, dengan mesin apa dan bagaimana caranya penyedia layanan menyediakan layanan IaaS. Yang penting, permintaan mereka atas sumberdaya dasar teknologi informasi itu dapat dipenuhi.

Perbedaan mendasar dengan layanan data center saat ini adalah IaaS memungkinkan pelanggan melakukan penambahan/pengurangan kapasitas secara fleksibel dan otomatis. Salah satu pionir dalam penyediaan IaaS ini adalah Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Computing Cloud).

Layanan Amazon EC2 ini menyediakan berbagai pilihan persewaan mulai CPU, media penyimpanan, dilengkapi dengan sistem operasi dan juga platform pengembangan aplikasi yang bisa disewa dengan perhitungan jam-jaman. Untuk di dalam negeri sendiri, rencananya ada beberapa provider yang akan menyediakan layanan sejenis mulai pertengahan tahun ini.

Tipe Penerapan Layanan Cloud Computing

Tipe-tipe penerapan(deployment) dari layanan Cloud Computing, yang terbagi menjadi empat jenis penerapan, yaitu:

1. Private cloud

Di mana sebuah infrastruktur layanan cloud, dioperasikan hanya untuk sebuah organisasi tertentu. Infrastruktur cloud itu bisa saja dikelola oleh si organisasi itu atau oleh pihak ketiga. Lokasinya pun bisa on-site ataupun off-site. Biasanya organisasi dengan skala besar saja yang mampu memiliki/mengelola private cloud ini.

2. Community cloud

Dalam model ini, sebuah infrastruktur cloud digunakan bersama-sama oleh beberapa organisasi yang memiliki kesamaan kepentingan, misalnya dari sisi misinya, atau tingkat keamanan yang dibutuhkan, dan lainnya.

Jadi, community cloud ini merupakan “pengembangan terbatas” dari private cloud. Dan sama juga dengan private cloud, infrastruktur cloud yang ada bisa di-manage oleh salah satu dari organisasi itu, ataupun juga oleh pihak ketiga.

3. Public cloud

Sesederhana namanya, jenis cloud ini diperuntukkan untuk umum oleh penyedia layanannya. Layanan-layanan yang sudah saya sebutkan sebelumnya dapat dijadikan contoh dari public cloud ini.

4. Hybrid cloud

Untuk jenis ini, infrastruktur cloud yang tersedia merupakan komposisi dari dua atau lebih infrastruktur cloud (private, community, atau public). Di mana meskipun secara entitas mereka tetap berdiri sendiri-sendiri, tapi dihubungkan oleh suatu teknologi/mekanisme yang memungkinkan portabilitas data dan aplikasi antar cloud itu. Misalnya, mekanisme load balancing yang antarcloud, sehingga alokasi sumberdaya bisa dipertahankan pada level yang optimal.

Demikian sedikit penjelasan dari model-model cloud yang disarikan dari NIST. Namun seperti diakui oleh lembaga ini, definisi dan batasan dari Cloud Computing sendiri masih mencari bentuk dan standarnya. Di mana nanti pasarlah yang akan menentukan model mana yang akan bertahan dan model mana yang akan mati.

Namun semua sepakat bahwa cloud computing akan menjadi masa depan dari dunia komputasi. Bahkan lembaga riset bergengsi Gartner Group juga telah menyatakan bahwa Cloud Computing adalah wacana yang tidak boleh dilewatkan oleh seluruh pemangku kepentingan di dunia TI, mulai saat ini dan dalam beberapa waktu mendatang.

Resiko Cloud Computing

Sebagaimana yang dikatakan sebagai bisnis service, dengan teknologi cloud anda sebaiknya mengetahui dan memastikan apa yang anda bayar dan apa yang anda investasikan sepenuhnya memang untuk kebutuhan anda menggunakan service ini. Anda harus memperhatikan pada beberapa bagian yaitu:

  • Service level – Cloud provider mungkin tidak akan konsisten dengan performance dari application atau transaksi. Hal ini mengharuskan anda untuk memahami service level yang anda dapatkan mengenai transaction response time, data protection dan kecepatan data recovery.
  • Privacy - Karena orang lain / perusahaan lain juga melakukan hosting kemungkinan data anda akan keluar atau di baca oleh pemerintah U.S. dapat terjadi tampa sepengetahuan anda atau approve dari anda.
  • Compliance - Anda juga harus memperhatikan regulasi dari bisnis yang anda miliki, dalam hal ini secara teoritis cloud service provider diharapkan dapat menyamakan level compliance untuk penyimpanan data didalam cloud, namun karena service ini masih sangat muda anda diharapkan untuk berhati hati dalam hal penyimpanan data.
  • Data ownership – Apakah data anda masih menjadi milik anda begitu data tersebut tersimpan didalam cloud? mungkin pertanyaan ini sedikit aneh, namun anda perlu mengetahui seperti hal nya yang terjadi pada Facebook yang mencoba untuk merubah terms of use aggrement nya yang mempertanyakan hal ini.
  • Data Mobility – Apakah anda dapat melakukan share data diantara cloud service? dan jika anda terminate cloud relationship bagaimana anda mendapatkan data anda kembali? Format apa yang akan digunakan ? atau dapatkah anda memastikan kopi dari data nya telah terhapus

Untuk mengimplementasi teknologi cloud untuk data mereka dan menyimpan nya sebagai fasilitas mereka sendiri untuk memastikan kebijakan perusahaan tersimpan dengan baik tentunya akan lebih baik, sehingga memastikan proses komputerasisasi pada cloud sebagai sistem proses yang dibutuhkan akan lebih independen.

Langkah awal yang harus anda lakukan adalah mempelajari sistem kontrak dari cloud service. pastikan setiap process menjadi simple, dapat berulang ulang dan menjadi nilai tambah untuk bisnis anda.

Kedua, anda harus mengidentifikasi service apa yang dapat anda manfaatkan di dalam cloud dan mana yang seharusnya bersifat internal. Hal ini sangat penting untuk anda ketahui mengenai system dan service core yang dapat dimanfaatkan oleh bisnis anda. dan sebaiknya anda mengkategorikan beberapa elemen bisnis anda berdasarkan resiko dari penggunaan cloud service.

Langkah terakhir, anda harus melakukan strategi sourcing untuk mendapatkan biaya yang sangat murah, namun memiliki scalability dan flexibility untuk kebutuhan bisnis anda. Hal ini termasuk pertimbangan akan proteksi data ownership dan mobility, compliance dan beberapa element seperti halnya kontrak IT tradisional.

Jumat, 16 Juli 2010

Enkripsi

|0 komentar


Di bidang kriptografi, enkripsi ialah proses mengamankan suatu informasi dengan membuat informasi tersebut tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengetahuan khusus. Dikarenakan enkripsi telah digunakan untuk mengamankan komunikasi di berbagai negara, hanya organisasi-organisasi tertentu dan individu yang memiliki kepentingan yang sangat mendesak akan kerahasiaan yang menggunakan enkripsi. Di pertengahan tahun 1970-an, enkripsi kuat dimanfaatkan untuk pengamanan oleh sekretariat agen pemerintah Amerika Serikat pada domain publik, dan saat ini enkripsi telah digunakan pada sistem secara luas, seperti Internet e-commerce, jaringan Telepon bergerak dan ATM pada bank.

Enkripsi dapat digunakan untuk tujuan keamanan, tetapi teknik lain masih diperlukan untuk membuat komunikasi yang aman, terutama untuk memastikan integritas dan autentikasi dari sebuah pesan. Contohnya, Message Authentication Code (MAC) atau digital signature. Penggunaan yang lain yaitu untuk melindungi dari analisis jaringan komputer.

Ciphers

Sebuah cipher adalah sebuah algoritma untuk menampilkan enkripsi dan kebalikannya dekripsi, serangkaian langkah yang terdefinisi yang diikuti sebagai prosedur. Alternatif lain ialah encipherment. Informasi yang asli disebuh sebagai plaintext, dan bentuk yang sudah dienkripsi disebut sebagai chiphertext. Pesan chipertext berisi seluruh informasi dari pesan plaintext, tetapi tidak dalam format yang didapat dibaca manusia ataupun komputer tanpa menggunakan mekasnisme yang tepat untuk melakukan dekripsi.

Cipher pada biasanya memiliki parameter dari sebagian dari informasi utama, disebut sebagai kunci. Prosedur enkripsi sangat bervariasi tergantung pada kunci yang akan mengubah rincian dari operasi algoritma. Tanpa menggunakan kunci, chiper tidak dapat digunakan untuk dienkirpsi ataupun didekripsi.

Cipher versus code

Pada penggunaan non teknis, sebuah secret code merupakan hal yang sama dengan cipher. Berdasar pada diskusi secara teknis, bagaimanapun juga, code dan cipher dijelaskan dengan dua konsep. Code bekerja pada tingkat pemahaman, yaitu, kata atau frasa diubah menjadi sesuatu yang lain. Cipher, dilain pihak, bekerja pada tingkat yang lebih rendah, yaitu, pada tingkat masing-masing huruf, sekelompok huruf, pada skema yang modern, pada tiap-tiap bit. Beberapa sistem menggunakan baik code dan cipher dalam sistem yang sama, menggunakan superencipherment untuk meningkatkan keamanan.

Menurut sejarahnya, kriptografi dipisah menjadi dikotomi code dan cipher, dan penggunaan code memiliki terminologi sendiri, hal yang sama pun juga terjadi pada cipher: "encoding, codetext, decoding" dan lain sebagainya. Bagaimanapun juga, code memiliki berbagai macam cara untuk dikembalikan, termasuk kerapuhan terhadap kriptoanalisis dan kesulitan untuk mengatur daftar kode yang susah. Oleh karena itu, code tidak lagi digunakan pada kriptografi modern, dan cipher menjadi teknik yang lebih dominan.

Tipe-tipe cipher

ADa banyak sekali variasi pada tipe enkripsi yang berbeda. Algoritma yang digunakan pada awal sejarah kriptografi sudah sangat berbeda dengan metode modern, dan cipher modern dan diklasifikasikan berdasar pada bagaimana cipher tersebut beroperasi dan cipher tersebut menggunakan sebuah atau dua buah kunci.

Taksonomi dari cipher

Sejarah Cipher pena dan kertas pada waktu lampau sering disebut sebagai cipher klasik. Cipher klasik termasuk juga cipher pengganti dan cipher transposisi. Pada awal abad 20, mesin-mesin yang lebih mutakhir digunakan untuk kepentingan enkripsi, mesin rotor, merupkan skema awal yang lebih kompleks.

Metode enkripsi dibagi menjadi algoritma symmetric key dan algoritma asymmetric key. pada algoritma symmetric key (misalkan, DES dan AES), pengirim dan penerima harus memiliki kunci yang digunakan bersama dan dijaga kerahasiaanya. Pengirim menggunkan kunci ini untuk enkripsi dan penerima menggunakan kunci yang sama untuk dekripsi. Pada algoritma asymmetric key (misalkan, RSA), terdapat dua kunci terpisah, sebuah public key diterbitkan dan membolehkan siapapun pengirimnya untuk melakukan enkripsi, sedangkan sebuah private key dijaga kerahasiannya oleh penerima dan digunakan untuk melakukan dekripsi.

Cipher symmetric key dapat dibedakan dalam dua tipe, tergantung pada bagaimana cipher tersebut bekerja pada blok simbol pada ukuran yang tetap (block ciphers), atau pada aliran simbol terus-menerus (stream ciphers).

802.16 : Standar Wireless Networking

|0 komentar

IEEE 802.16 adalah draft untuk standarisasi untuk network acces control berbasis port, yang menyediakan akses ke jaringan cable-less atau yang lebih familiar dengan nama wireless networks. Standarisasi ini dilakukan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) yang merupakan badan yang menentukan draft spesifikasi standar untuk berbagai peralatan teknologi. Teknologi wireless memungkinkan penggunaan akses yang luas dan akses jarak jauh antar device (peralatan komunikasi) untuk saling melakukan komunikasi atau pertukaran informasi darimana saja dan kemana saja. Jaringan wireless mengurangi atau menghilangkan pengeluaran biaya yang mahal dalam investasi pemasangan kabel dan menyediakan fungsi backup untuk wire networks (jaringan dengan memakai kabel.

Penetapan Standarisasi

Untuk menjamin bahwa jaringan wireless dan device yang compatible, cost-effective, interoperabilitas, keamanan dan meningkatkan pemakaian yang luas dalam pemanfaatan teknologi wireless, beberapa organisasi bekerja dalam mengembangkan standar untuk komunikasi wireless, seperti Institute of Electrical and Electronics Engineers ( IEEE ), Internet Engineering Task Force ( IETF ), Wireless Ethernet Compatibility Alliance ( WECA ), dan International Telecommunication Union ( ITU ) berpartisipasi dalam sebagian besar usaha standarisasi. Misalnya, group kerja IEEE mendefinisikan bagaimana informasi ditransmisikan dari sebuah device ke device (baik menggunakan gelombang radio atau infrared) serta bagaimana dan kapan sebuah media transmisi harus digunakan dalam membangun komunikasi Dalam pengembangan standar jaringan. wireless, organisasi seperti IEEE menyediakan pengalamatan manajemen daya, bandwidth, security, dan informasi yang khusus untuk jaringan wireless.

Tentang Wireless Network

Teknologi jaringan wireless tersusun dari global voice dan data networks, yang memungkinkan user untuk membangun koneksi wireless antar lintas jarak jauh, baik menggunakan teknologi infrared atau frekuensi radio yang lebih optimal daripada koneksi wireless jarak dekat. Devices yang biasanya digunakan untuk jaringan wireless termasuk komputer portable, komputer desktop, komputer genggam, personal digital assistants (PDA), telepon selular, komputer pen-based, dan pagers. Teknologi wireless melayani banyak tujuan praktis. Misalnya, pengguna mobile dapat menggunakan telepon selularnya untuk mengakses e-mail. Para pelancong dapat menggunakan komputer portablenya untuk melakukan koneksi dengan internet melalui base station yang terpasang di bandara, stasiun kereta api, dan ruang publik lainnya. Di rumah, user dapat mengkoneksikan suatu device pada komputernya untuk melakukan sinkronisasi data dan transfer file.

Berbagai macam Jaringan Wireless

Sama halnya dengan jaringan kabel (wired), jaringan wireless dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe berdasarkan jarak dimana antar data ditransmisikanan.

Pengklasifikasian ini antara lain :

Wireless wide area networks (WWAN)

Teknologi wireless wide area networks (WWAN) memungkinkan user untuk membangun koneksi wireless diatas jaringan remote public atau private. Jenis koneksi ini dapat mengcoverage area geografis yang luas seperti antar-kota atau antar-negara. melalui penggunaan berbagai lokasi dengan multiple antenna atau sistem satelit yang dikelola oleh wireless service providers. Penggunaan jaringan jenis ini telah ditinggalkan, sekarang, teknologi WWAN lebih dikenal sebagai sistem second-generation (2G). Kunci sistem 2G termasuk Global System untuk Mobile Communications (GSM), Cellular Digital Packet Data (CDPD), dan Code Division Multiple Access (CDMA). Berbagai usaha telah dilakukan dalam transisi dari 2G networks, yang beberapa kemampuannya roamingnya dibatasi dan tidak compatible satu sama lain untuk melakukan koneksi ke teknologi third-generation (3G) yang dapat mengikuti standar global dan penyediaan kemampuan worldwide roaming. Organisasi bernama ITU adalah salah satu yang secara aktif melakukan pengembangan standard global untuk 3G.

Wireless metropolitan area networks (WMAN)

Teknologi wireless metropolitan area network (WMAN) memungkinkan user untuk membangun koneksi wireless antara beberapa lokasi dalam sebuah area kota metropolitan ( misalnya, antara beberapa bangunan kantor dalam sebuah kota atau dalam sebuah universitas ), tanpa mengeluarkan biaya yang mahal dalam membangun jaringan kabel fiber atau tembaga dan penyewaan saluran komunikasi ( leased-lines ). Sebagai tambahan, WMAN dapat melayani backups untuk jaringan wired, yang disebabkan jaringan wired leased lined utama tidak tersedia. WMAN menggunakan baik gelombang radio ataupun gelombang infrared untuk melakukan transmisi. Sekarang ini, akses jaringan wireless secara Broadband, yang menyediakan koneksi dengan akses kecepatan tinggi ke Internet, permintaanya meningkat. Walaupun menggunakan teknologi yang berbeda, seperti multichannel multipoint distribution service (MMDS) dan local multipoint distribution services (LMDS), telah digunakan, group kerja IEEE 802.16 untuk standar akses wireless broadband wireless masih dikembangkan.

Wireless local area networks (WLAN)

Teknologi wireless local area network (WLAN) memungkinkan user untuk membangun koneksi wireless dalam sebuah lokal ( misalnya, dalam sebuah corporate atau bangunan kampus, atau di sebuah ruang publik, seperti di bandara, stasiun, sekolah dll. ). WLAN dapat digunakan dalam sebuah kantor atau ruang lannya dimana pemasangan kabel secara luas menjadi penghalang, atau untuk penambahan LAN yang telah ada jadi user dapat bekerja pada lokasi yang berbeda dalam satu gedung pada satu waktu. WLAN dapat beroperasi dalam dua cara yang berbeda. Dalam infrastruktur WLAN, base-station jaringan wireless (device dengan radio network cards atau external modems) terkoneksi ke wireless access points ( AP ) yang berfungsi sebagai bridge antara station dan jaringan backbone yang telah ada. Pada peer-to-peer (ad hoc) WLAN, beberapa user dalam area yang terbatas, seperti ruang pertemuan, dapat membentuk jaringan sementara tanpa menggunakan sebuah, jika tidak memerlukan akses ke resource jaringan.

Pada tahun 1997, IEEE mengeluarkan standar 802.16 untuk WLAN, yang menspesifikasikan data transfer rate dari 1-2 megabits per second (Mbps). Pada 802.16b, yang menjadi standar dominan, data ditransfer pada maximum rate 11 Mbps diatas sebuah band frekuensi 2.4 gigahertz (GHz). Standar terbaru 802.16a, yang transfer data transfer pada maximum rate 54 Mbps diatas band frekuensi 5 GHz.

Wireless Fidelity ( Wi-Fi )

Wi-Fi (wireless fidelity) adalah istilah untuk jenis khusus dari dari WLAN yang menggunakan spesifikasi family 802.16. Istilah Wi-Fi diperkenalkan oleh suatu organisasi yang bernama WI-Fi Alliance, yang melakukan test untuk sertifikasi produk interoperability. Suatu produk yang melewati test Aliances diberi label “Wi-Fi certified” ( a registered trademark ).

Wi-Fi telah menerima beberapa pengakuan dalam banyak operasional bisnis, agensi, sekolah, dan rumah sebagai alternatif wired LAN. Banyak bandara, hotel, dan fasilitas fast-food menyediakan akses public ke jaringan Wi-Fi. Lokasi seperti ini yang disebut hotspots. Beberapa diantaranya menyediakan akses gratis. Kumpulan dari hot spots dan network access points yang terhubung disebut hotzone. Untuk user yang memakai komputer portable yang dilengkapi wireless, hotspot adalah node wireless LAN (local area network) yang menyediakan koneksi internet dan akses virtual private network (VPN) diakses dari lokasi yang tersedia.

Standar WiFi

Sebenarnya, sertifikasi Wi-Fi hanya diaplikasikan untuk produk yang menggunakan standar 802.16. Sekarang, Wi-Fi dapat digunakan untuk produk yang menggunakan salah satu standar 802.16 sebagai bagian dari standar untuk family 802.16.

Berikut adalah perbandingan dari standar family 802.16 :

Wireless Standar

802.16b

802.16a

802.16g

Wireless personal area networks (WPANs)

Teknologi WPAN memungkinkan user membangun komunikasi wireless untuk devices ( seperti PDA, telepon selular, atau laptop ) yang menggunakan personal operating space (POS). POS adalah ruangan yang ditempati oleh seorang user, dalam jarak / radius 10 meters. Sekarang ini, dua kunci teknologi WPAN adalah Bluetooth and sinar infrared. Bluetooth adalah pengganti teknologi kabel yang menggunakan gelombang radio untuk mentransmisikan data sampai jarak 30 kaki. Data Bluetooth dapat ditransfer melewati tembok, saku, dan koper. Pengembangan teknologi Bluetooth dikontrol oleh Bluetooth Special Interest Group ( SIG ), yang mempublikasikan spesifikasi Bluetooth versi 1.0 pada 1999. Sebagai alternatif, untuk mengkoneksikan device pada rentang area yang sangat kecil (kurang dari 1 meter) , user dapat menggunakan infrared link.

Untuk menstandarisasikan pengembangan WPAN, IEEE telah membangun group kerja 802.15 untuk WPAN. Group kerja ini bertugas membangun standar WPAN, berdasarkan pada spesifikasi Bluetooth versi 1.0. Tujuan utama dari draft standar ini adalah untuk menciptakan complexity yang rendah, konsumsi daya yang rendah, interoperability, dan coexistence dengan jaringan 802.16.

802.16 Authentication

Network acces control berbasis port menggunakan karakteristik fisik dari switched infrastruktur local area network (LAN) untuk otentikasi peralatan yang terpasang pada LAN port dan untuk mencegah akses ke port yang menyebabkan proses otentikasi mengalami kegagalan.

Selama proses interaksi tersebut, sebuah LAN port menggunakan satu dari dua aturan:: authenticator atau supplicant. Dalam aturan authenticator, LAN port melakukan authentication sebelum ia mengijinkan user mengakses sebuah services yang dapat diakses melalui port tersebut. Sedang pada aturan supplicant, sebuah LAN port meminta akses ke sebuah services yang dapat diakses melalui port authenticator. Terdapat sebuah authentication server, yang berfungsi untuk merespon request supplicant, yang ditandai ketika supplicant terotorisasi untuk mengakses authenticator services.

Authenticator port-based network access control mendefinisikan dua logical access points pada LAN, melalui sebuah physical LAN port. Logical access point yang pertama, uncontrolled port, memungkinkan pertukaran data antara authenticator dan komputer lain pada LAN. Logical access point yang kedua, controlled port, memungkinkan pertukaran data antara user authenticated LAN dan authenticator.

IEEE 802.16 menggunakan protokol security standar, seperti RADIUS, yang melayani proses terpusat identifikasi user, otentikasi, management key dinamics, and accounting.

Macam Infrastuktur Jaringan Wireless

Beberapa jenis infrastuktur yang dapat diterapkan untuk membangun sebuah jaringan wireless antara lain :

Access point (infrastructure)

Pada jaringan access point wireless, wireless station (beberapa device dengan radio network cards, seperti komputer portable atau personal digital assistant) terhubung ke sebuah wireless access points. Fungsi access points sebagai bridges (jembatan) antara wireless stations dan sistem distribusi jaringan yang tersedia (network backbone). Ketika berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, dan ketika sinyak sebuah wireless access point melemah, atau access point menjadi sibuk, dapat dialihkan ke access point baru yang lain.

Misalnya, pada saat bekerja dengan perusahaan besar, wireless device dapat terhubung ke beberapa ke beberapa access points yang berbeda saat berpindah dari satu lantai dari sebuah gedung atau beberapa gedung.

Computer-to-computer (ad hoc)

Pada jaringan wireless komputer-ke-komputer, wireless stations terhubung satu sama lain secara langsung, daripada melalui wireless access points. Misalnya, ketika meeting dengan co-workers, dan tidak perlu medapatkan akses ke network resources, wireless device dapat terhubung ke wireless devices dari co-workers.

Any available network (access point preferred)

Pada sebuah access point yang berada pada suatu jaringan wireless, koneksi pada sebuah access point pada jaringan lain dicoba pada suatu wireless network yang tersedia. Jika koneksi ke access point tidak memungkinkan, maka dilakukan koneksi computer-to-computer. Misalnya, jika menggunakan laptop pada saat kerja pada sebuah access point jaringan wireless, kemudian membawa laptop kembali ke rumah untuk digunakan pada sebuah jaringan computer-to-computer home, secara otomatis konfigurasi jaringan wireless akan mengubah setting jaringan sesuai kebutuhan, sehingga dapat langsung dikoneksikan dengan jaringan di rumah.

802.16 security

Pemilihan keamanan untuk 802.16 termasuk authentication services dan encryption services berbasis pada algoritma Wired Equivalent Privacy (WEP). WEP adalah kumpulan security services yang digunakan untuk melindungi jaringan 802.16 dari akses yang tidak ter-authorized, seperti eavesdropping (pengambilan informasi trafik jaringan wireless ). Dengan otomatisasi konfigurasi jaringan wireless, dapat disimpulkan bahwa network key dapat digunakan untuk authentication jaringan. Dpat juga dikatakan bahwa network key bias ddigunakan untuk enkripsi data yang ditransmisikan diatas jaringan. Ketika data enkripsi tersedia, kunci rahasia shared encryption keys digenerate dan digunakan oleh source station dan destination station untuk menambah bits frame, and used by the source station and the destination station to alter frame bits.

Open System and Shared Key authentication

802.16 mendukung 2 jenis services authentication jaringan: Open System dan Shared Key. Pada Open System authentication, wireless station manapun dapat meminta authentication. Sebuah station yang butuh di authenticate dengan wireless station lainnya yang mengirim frame pengelolaan authentication yang berisi identitas station pengirim. Station penerima kemudian mengirim kembali sebuah frame yang mengidentifikasikan apakah identitas tersebut dikenali oleh station penerima. Pada Shared Key authentication, setiap wireless station diasumsikan telah menerima sebuah key shared rahasia diatas channel aman yang independent dari 802.16 channel wireless communications. Untuk menggunakan authentication Shared Key, seseorang harus memiliki sebuah key network.

Network keys

Ketika menggunakan fasilitas WEP, dapat dikatakan bahwa sebuah network key bisa digunakan untuk encryption. Sebuah network key dapat disediakan secara otomatis (misalnya, sudah tersedia pada wireless network adapter), atau dengan mengetik sendiri key. Dengan menulis sendiri key-nya, dapat dibuat panjang key-nya (40 bits atau 104 bits), key format (ASCII characters atau hexadecimal digits), dan key index (lokasi dimana key disimpan). Semakin panjang key, semakin aman key-nya. Setiap kali panjang karakter bertambah satu bit, jumlah kemungkinan key bertambah 2 kali lipat.

Standarisasi Wireless LAN

|0 komentar

Sebelum Masuk intinya, kita perlu juga tu mengenal standar Wireless LAN yang beredar di permukaan (cie..kaya orang baru lahir aja tu!!!), cukup deh intermezonya…..

Beberap standar yang dikenal dan diterapkan pada produk-produk Wireless LAN saat ini adalah 802.11a, 802.11b, dan 802.11g. bingung yach, tenang nanti dijelasin ko’ dari mana asal angka tu makax tetap baca sampai abis….

Dalam sejarah dan perkembanganya, standarisasi Wireless LAN dimulai dengan standar 802.11. standar ini dicetuskan tahun 1997 oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Kecepatan transfer data pada standar 802.11 adalah sekitar 2 Mbps.

Selanjutnya pada tahun 1999 muncul standar baru untuk teknologi ini, yakni 802.11a dan 802.11b.

Perbedaan antara standar 802.11a dan 802.11b terletak pada frekuensi radio tempat standar ini bekerja dan pada kecepatan transfer datanya.

802.11a bekerja pada frekuensi radio 5,15 dan 5,875 GHz. Kecepatan transfer data pada 802.11a mencapai 5a Mbps. Namun standar ini tidak terlalu menggembirakan coz sedikitnya produk yang mengadopsi teknologi dengan standar ini.

Berbeda dengan standar 802.11a, standar 802.11b justru lebih banyak dipakai. 802.11b bekerja pada frekuensi radio 2,4 GHz, namun sayangnya kecepatan transfer data pada 802.11b hanya 11 Mbps. Jauh di bawah standar 802.11a.

Nah!!!! Pada tahun 2003 muncul lagi standar baru yang menggabungkan kemampuan 802.11a dan 802.11b. Standar ini diberi nama 802.11g. 802.11g bekerja pada frekuensi radio yang sama dengan 802.11b dan kecepatan transfer datanya mencapai 54 Mbps, sama dengan kecepatan standar 802.11a. Sampai saat ini standar 802.11b dan 802.11g merupakan standar yang paling banyak digunakan. Hamper semuanya produk Wireless LAN menggunakan kedua standar ini. Bahkan 802.11g digunakan sebagai standar pada notebook.

Biar jelas liat deh table berikut, perbedaan dari masing-masing standar:

Standar

802.11b

802.11g

802.11a

Kompatibilitas

IEEE 802.11b

IEEE 802.11b dan 802.11g

IEEE 802.11a

Jumlah Chanel

3 non-overlapping

3 non-overlapping

8 non-overlapping

Jangkauan Dalam Ruangan

30 m @11 Mbps; 91 m @1 Mbps

30 m @54 Mbps; 91 m @1 Mbps

12 m @54 Mbps; 91 m @6Mbps

Data rates

11, 5.5, 2 dan 1 Mpbs

54, 48, 36, 24, 18, 12, 9, dan 6 Mbps

54, 48, 36, 24, 18, 12, 8, dan 6 Mbps

Modulasi & frekuensi

Direct Sequence Spread, 2.4 GHz

Orthogonal Frequency Division Multiplexing, 2.4 GHz

Orthogonal Frequency Division Multiplexing, 5 GHz

Pada table diatas terlihat perangkat dengan standar 802.11g memiliki kompabilitas dengan perangkat 802.11b, artinya kedua perangkat yang menggunakan standar yang berbeda dapat saling berhubungan. Namun, kompabilitas tersebut memiliki kompensasi perangkat dengan standar 802.11b yang bekerja pada jaringan 802.11g akan memperlambat kerja jaringan 802.11g secara keseluruhan.

Access Point Terbaru Keluaran ASUS

|0 komentar
Taipei, Taiwan; 3 November 2006 – ASUSTeK Computer Inc. (ASUS), penyedia solusi nirkabel terdepan, pada hari ini memperkenalkan WL-320gE dan WL-320gP wireless access points (APs), yang memberikan jangkauan hingga 850m pada daerah terbuka. ASUS APs dapat juga bertindak selaku client, bridge, repeater dan gateway untuk menawarkan solusi nirkabel serbaguna pada berbagai daerah WLAN yang berbeda.

Sensitivitas penerimaan dan daerah jangkauan
Dengan high-power amplifier terintegrasi dengan kekuatan transmisi rata-rata 20dBm dan antena yang bisa menjangkau 5dBi, WL-320gE dan WL-320gP memberikan kualitas signal yang luar biasa dan daerah jangkauan hingga 850 meter di daerah terbuka. WL-320gE dan WL-320gP sangat efektif pada mode AP dengan kualitas signal dan daerah jangkauan yang memegang peranan penting.

Image


Solusi Jaringan Perusahaan
WL-320gE dan WL-320gP mendukung kebutuhan jaringan perusahaan kebanyakan, termasuk SNMP, Multiple SSID dan VLAN. Standar SNMP (v3) memungkinkan administrator sistem untuk mengatur banyak access point dari lokasi yang jauh. Multiple SSID dan VLAN menawarkan solusi efektif utnuk memisahkan lingkungan fisik menjadi daerah jaringan virtual dengan berbagai tingkat keamanan yang berbeda untuk kebutuhan aplikasi yang berbeda pula. WL-320gP menggunakan tenaga dari Ethernet (sesuai dengan 802.3af) utnuk menghilangkan kerumitan mencari sumber tenaga.

Image

Solusi Nirkabel 5-in-1
ASUS APs berfungsi sebagai repeater, bridge, client dan gateway.
Mode Repeater: Mengulangi signal dari access point sumber untuk mereka yang ingin meningkatkan daerah jangkauan signal di lingkungan luas.
Mode Bridge: Menghubungkan hingga 4 WLAN untuk memungkinkan instalasi jaringan untuk memetakan banyak aplikasi.
Mode Client: Membuat perangkat menjadi tanpa kabel, termasuk notebook, PC dan mesin permaianan melalui koneksi kabel RJ-45.
Mode Gateway: Mendukung DHCP, NAT, PPPoE, PPTP dan firewall utnuk memberikan solusi gateway yang hebat dan fleksibel

Jumat, 18 Juni 2010

Aplikasi Internet untuk Orang Buta

|0 komentar

Orang yang mengalami kebutaan pada matanya, ketika akan menggunakan computer pada umumnya dibantu dengan software screen-reader. Namun untuk membeli software screen-reader biayanya cukup mahal, sekitar lebih dari USD 1.000, sehingga terkadang mereka tidak bisa duduk seperti orang biasa di perpustakaan atau di warung Internet (warnet). Kini, sebuah program dengan dasar Web terbaru akan membantu para orang buta untuk mengubah situasi tersebut.

Program yang ada di web tersebut bernama WebAnywhere. WebAnywhere dikembangkan oleh mahasiswa lulusan ilmu computer dari University of Washington, Jeffrey Bigham. Tidak seperti software lain yang harus diinstal di PC, WebAnywhere adalah sebuah aplikasi Internet yang dapat membuat Web dapat diakses oleh orang yang buta.
Bigham berharap bahwa orang yang buta akan dapat mengecek waktu keberangkatan pesawat di computer Airport, merencanakan naik bis dengan rute yang diinginkan melalui computer di perpusatakaan, atau mengetik email dengan cepat lewat Internet. Untuk mendapatkan WebAnywhere, orang yang buta harus mengaturnya untuk online, yang mugkin akan bertabrakan dengan computer yang tidak siap untuk memberikan feedback verbal kembali. Namun, Bigham menemukan dalam penelitiannya, bahwa WebAnywhere, yang khusus digunakan oleh orang buta tersebut, akan tahu trik keyboard dan kapan harus bertanya untuk bantuan.

Sekali WebAnywhere online lewat Internet, orang yang buta dapat surfing menggunakan browser WebAnywhere, yang dapat dihubungkan ke halaman web dan kemudian menyuarakan isi artikel dalam halaman tersebut dengan keras, selama computer memiliki speaker atau headphone. Program WebAnywhere juga dapat melompati bagian judul, tab, chart atau membaca halaman dari atas hingga ke bawah.

Lindsay Yazzolino, mahasiswi buta berusia 19 tahun dari Universitas Brown, yang bekerja part time di University of Washington, mengungkapkan bahwa WebAnywhere merupakan improvisasi besar dari total kekurangan akses public selama ini. Yazzolino, sangat senang dengan fitur yang dimiliki WebAnywhere dan beberapa keystroke navigasi halaman di dalamnya, terutama karena program WebAnywhere tersebut gratis digunakan.

Bigham mengharapkan orang lain dapat membuat improvisasi dengan program WebAnywhere, dengan membuatnya sebagai open source yang akan mengundang orang-orang yang suka bermain-main dengan kode dan terbuka untuk programmer dari mana saja. Richard Ladner, professor di fakultas ilmu computer University of Washington, menginginkan ada search engine komersial yang mau mengadopsi modul WebAnywhere, dan suatu saat nanti Ladner berharap, orang buta juga dapat mendisain halaman web mereka sendiri.

Jumat, 04 Juni 2010

Cara Mudah Atasi Problem DHCP Windows Vista

|0 komentar

Windows Vista memiliki tampilan yang lumayan bagus dibandingkan dengan pendahulunya, Windows XP. Namun fitur lengkap dengan pernak-pernik tersebut tak lepas dari kekurangan. Bagi Anda yang sering menggunakan koneksi DHCP tentu sudah pernah mengalaminya. Windows Vista tidak serta merta dapat meng-handle koneksi DHCP dengan baik. Gejalanya juga variatif, mulai dari: tidak bisa memperoleh IP Address yang tepat hingga tidak dapat terhubung dengan internet meski Anda sudah terjalin dengan LAN.

Microsoft sendiri sudah membuat press release tentang hal ini di Situs Microsoft. Mereka menyatakan bahwa tidak semua koneksi DHCP dari router atau modem dapat dibaca dan di-handle dengan baik oleh penerus Windows XP ini.

Ada cara mudah untuk melakukan tweaking untuk mengatasi masalah DHCP Windows Vista ini. Yakni dengan menambahkan beberapa tambahan ke dalam registry Windows. Sara menyarankan Anda lakukan hal ini jika Anda benar-benar tahu caranya dan sadar akan resiko yang Anda tanggung.

Caranya sebagai berikut:

Tambahkan registry berikut ke dalam HKey Class Local Machine.

HKLM\SYSTEM\CURRENTCONTROLSET\SERVICES\TCPIP\PARAMETERS\INTERFACES\{GUID}

Ubah registry berikut:
DhcpConnForceBroadcastFlag = 0

Tambahkan pula Dword:
DhcpConnDisableBcastFlagToggle = 1

Kemudian Disable fasilitas IPV6 di:

HKLM\SYSTEM\CURRENTCONTROLSET\SERVICES\TCPIP6\PARAMETERS\

Tambahkan Dword:
DisabledComponents = FF (hex)

Bagi Anda yang tidak familiar dengan cara tersebut di atas, Reviewingit sudah berbaik hati menyediakan program patch DHCP Vista. Silakan download tool kecil berikut untuk melakukan tugas di atas.


Panduan Sharing Printer di Jaringan

|0 komentar

printer-sharingPrinter belakangan ini sudah semakin murah. Namun jika tiap komputer harus punya satu printer itu namanya pemborosan. Pemakaian printer yang di beberapa warnet yang punya puluhan klien saja sudah cukup ditangani oleh 2 sampe 3 printer. Sebuah divisi dalam sebuah perusahaan yang punya 10 komputer dalam satu ruangan, menurut saya cukup memiliki maksimal 4 printer saja. kecuali perusahaan percetakan yang kerjanya cetak-mencetak dengan frekuensi yang tinggi. Intinya kalo ngomong soal usaha, biaya produksi bisa dikurangi hanya dengan mengurangi printer. Belum lagi faktor cartridge yang harganya hampir sama dengan harga printer itu sendiri… alamak!

Model pemakaian satu printer untuk beberapa user ini sering dikenal dengan Printer Sharing. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat beberapa komputer berbagi satu printer. Mulai dari model jaringan LAN, switch printer, bahkan manual switch alias colokin ke komputer jika perlu saja. :)

Dalam ulasan kali ini saya akan memaparkan langkah-demi-langkah setting printer agar dapat dipakai oleh beberapa komputer dengan memanfaatkan fasilitas File and Printer Sharing punya Windows. Mungkin bagi sebagian dari Anda tulisan ini sudah tidak relevan lagi, tapi tidak mengapa. Saya sengaja memuat kembali tulisan ini untuk menyediakan referensi bagi rekan yang masih membutuhkan. Terlebih lagi cara ini bisa sangat menghemat penggunaan printer terutama untuk Lab, kantor, rental dan Warnet.

Sebelum memulai langkah berikut saya asumsikan Anda telah menyiapkan jaringan LAN Anda. Masing-masing komputer sudah memiliki IP addres yang tepat dan tergabung daam sebuah workgroup. Di sini saya pakai nama default “WORKGROUP” untuk nama network yang saya gunakan.

Jika Anda masih tertarik untuk menyimak langkah pemilihan kabel dan cara membuat krimping kabel UTP untuk jaringan, silakan klik di sini. Soal topologi jaringan, silakan Anda pilih sendiri sesuai keperluan Anda.

Pada proses printer sharing ini ada dua tahap yang perlu dilakukan sebagai berikut:
Pertama, Membuka Fasilitas Sharing Printer pada komputer Host.
Yang dimaksud dengan komputer host adalah komputer yang memiliki printer. Kalo di rental atau warnet, seringkali komputer host ini disebut sebagai server layanan. Printer yang ada di komputer inilah yang nantinya dibagi dan dipake rame-rame dengan memanfaatkan fasilitas File and Printer Sharing Windows. Namun ada baiknya Anda pastikan terlebih dahulu bahwa driver printer sudah terinstall dan dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya lakukan langkah berikut:

  1. Buka Control Panel > Printer and Faxes, klik kanan pada Printer Anda > Pilih Sharing. Dalam contoh ini saya pakai printer HP Deskjet 4300 Series.
    sharing-printer1
  2. Selanjutnya akan muncul Tab Sharing Properties seperti di bawah ini. Pastikan Anda memilih Checkbox Share this printer, Beri nama sesuka Anda dan akhiri dengan klik OK. Jika ada permintaan CD Windows, atau konfirmasi dari printer sharing, pilih “Just Enable File and Printer Sharing” dan Klik OK.
    sharing-printer2

Sampai di sini setting komputer host sudah selesai.

Selanjutnya Tahap kedua, yakni Setting Printer di komputer klien. Berikut langkah-langkahnya:

  1. Buka Control Panel > Printer and Faxes > Pada tab di sebelah kiri pilih Add a Printer. Lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:
    sharing-printer3
  2. Selanjutnya akan terbuka Add Printer Wizard, Klik Next
    sharing-printer4
  3. Pilih tipe printer yang akan digunakan, pastikan Anda memilih Network Printer > Next
    sharing-printer5
  4. Browse printer pada jaringan Anda, pastikan Anda tidak salah alamat :) akhiri dengan Next
    sharing-printer6
  5. Komputer akan mengkonfirmasi apakah Printer Jaringan ini akan dijadikan Printer Utama? Pilih sesuai kebutuhan. Saya menyarankan Anda pilih Yes > Next
    sharing-printer7
  6. Akhiri Wizard dengan klik Finish.
    sharing-printer8

That’s it. Anda sudah berhasil mengkoneksikan komputer klien ke printer jaringan. Berikutnya, silakan Anda print sebuah dokumen dari komputer klien menggunakan printer yang baru saja Anda setting. Semoga berhasil!

Jumat, 23 April 2010

[Sharing] Tentang Bandwidth

|0 komentar

Dalam melakukan perhitungan, ada 2 faktor dasar yang perlu di perhatikan

1. Bandwidth
2. Throughput

Bandwidth adalah nilai kotor kapasitas maksimal sebuah jaringan. Sedangkan throughput adalah nilai riil dari penggunaan jaringan yang bisa digunakan. Througput adalah bandwidth actual yang diukur secara spesifik.
Jadi nilai bandwidth selalu lebih besar dari pada nilai throughput.

Jadi bisa saja terjadi dimana dengan bandwidth misalnya 256 Kbps, secara perhitungan kita harusnya bisa mendownload selama 1 detik, ternyata waktu yang kita butuhkan adalah 4 detik. Dari sini kita bisa melihat bahwa throughput yang didapat sebetulnya hanyalah 64 Kbps.

Throughput yang didapatkan kadang bisa sangat jauh dari harapan. Penyebabnya banyak. Diantaranya adalah
- Perangkat jaringan (misalnya, sudah terlalu tinggi loadnya, setting yang kurang tepat, dll)
- Tipe data yang ditransfer ( misalnya, umumnya web lebih cepat dari ftp)
- Topologi jaringan
- Jumlah pengguna
- Spesifikasi komputer pengguna/user/server
- Interferensi (misalnya listrik, cuaca, dll)

Mengenai jumlah pengguna, mari membuat hitung2xan singkat yang tidak terlalu tepat tapi bisa menggambarkan sedikit pengaruhnya.

Jika 1 orang menggunakan transfer sebesar 16 Kbps berapa jumlah user untuk memenuhi jumlah 256 Kbps ?
Jumlahnya 16 orang saja yang didapat dari 256/16.

Beberapa informasi umum :
Ethernet umumnya hanya mampu melewatkan data sebesar 12% dari kapasitas maksimumnya. Jadi bila kita bicara fastethernet dengan kecepatan 100 Mbps, umumnya dia hanya mampu melayani hingga 12 Mbps saja. Sedangkan sisanya digunakan untuk keperluan transport protokol Ethernet itu sendiri.

Salah satu teknik untuk mengoptimalisasi bandwidth bisa dilakukan dengan menggunakan bandwitdh management

Pemantauan penggunaaan network bisa dilakukan dengan menerapkan Network Management System dan menerapkan protocol AAA didalamnya, management ip dan bandwitdh limiter/management.

Beberapa aplikasi seperti VOIP dan VPN akan menyita bandwitdh dengan meminta alokasi dalam jumlah tertentu, seberapa besarpun aktual request dibuat.

Pada voip terdapat nilai paiload yang bisa digunakan untuk mengatur besar bandwidth yang digunakan, yang umumnya memiliki nilai minimal/default pada 16 Kbps. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas suara.
Pada VPN, nilai bandwidth yang diperlukan sangat bervariasi tergantung pada keluaran produksinya. Secara umum VPN membutuhkan 56 Kbps tapi tidak menutup kemungkinan kebutuhan ini melonjak, yang sekali lagi tergantung pada jenis VPN yang digunakan.

Secara umum, pengguna terbanyak dari bandwidth adalah, virus, trojan, junk, dan “hal lain” yang tak disadari oleh user, misalnya auto update microsoft windows yang secara default menyala dan terus mendownload setiap update yang ditemukan, terlepas dari apakah update tersebut akan di install atau tidak.

Dengan menerapkan perhitungan matematis mengenai faktor-faktor diatas bisa didapatkan jumlah kapasitas aktual yang diperlukan untuk melayani jumlah pengguna tertentu.

Demikian sharing dari saya.
Mudah2xan berguna bagi rekan-rekan yang sering berhubungan dengan jaringan.

Defenisi Bandwidth

|0 komentar

Digital bandwidth adalah jumlah atau volume data yang dapat dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits per second tanpa distorsi. Sedangkan analog bandwidth adalah perbedaan antara frekuensi terendah dengan frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat (Phone Scoop, 2005).

Menurut Tanenbaum (2003) bandwidth adalah banyaknya data dalam satuan bits per second yang dapat ditransmisikan lewat sebuah medium jaringan dalam satu satuan waktu. Bandwidth yang dimaksud pembuatan sistem ini adalah digital bandwidth. Secara umum bandwidth dapat diandaikan sebagai sebuah pipa air yang memiliki diameter tertentu, semakin besar bandwidth semakin besar pula diameter pipa tersebut sehingga volume air (data dalam arti sebenarnya) yang dapat dilewatkan dalam satu saat.

Alokasi atau reservasi bandwidth adalah sebuah proses menentukan jatah bandwidth kepada pemakai dan aplikasi dalam sebuah jaringan. Termasuk didalamnya menentukan prioritas terhadap berbagai jenis aliran data berdasarkan seberapa penting atau krusial dan delay-sensitive aliran data tersebut. Hal ini memungkinkan penggunaan bandwidth yang tersedia secara efisien, dan apabila sewaktu-waktu jaringan menjadi lambat, aliran data yang memiliki prioritas yang lebih rendah dapat dihentikan, sehingga aplikasi yang penting dapat tetap berjalan dengan lancar.

Bandwidth merupakan salah satu faktor penting dalam jaringan. Beberapa hal yang menyebabkan bandwidth menjadi bagian penting yang harus diperhatikan adalah (Cisco System, 2003):

1. Bandwidth berdampak pada kinerja sebuah jaringan

Besarnya saluran atau bandwidth akan berdampak pada kecepatan transmisi. Data dalam jumlah besar akan menempuh saluran yang memiliki bandwidth kecil lebih lama dibandingkan melewati saluran yang memiliki bandwidth yang besar. Kecepatan transmisi tersebut sangat dibutuhkan untuk aplikasi komputer yang memerlukan jaringan terutama aplikasi real-time, seperti videoconferencing.

2. Bandwidth memiliki keterbatasan

Bandwidth dibatasi oleh hukum fisika dan teknologi yang diterapkan pada medium yang digunakan. Setiap medium yang digunakan untuk mentransmisikan data memiliki batas maksimal bandwidth yang dapat dicapai.

3. Bandwidth tidak didapatkan dengan gratis

Penggunaan bandwidth untuk LAN bergantung pada tipe alat atau medium yang digunakan, umumnya semakin tinggi bandwidth yang ditawarkan oleh sebuah alat atau medium, semakin tinggi pula nilai jualnya. Sedangkan penggunaan bandwidth untuk WAN bergantung dari kapasitas yang ditawarkan dari pihak ISP, perusahaan harus membeli bandwidth dari ISP, dan semakin tinggi bandwidth yang diinginkan, semakin tinggi pula harganya.

4. Kebutuhan akan bandwidth akan selalu naik

Setiap sebuah teknologi jaringan baru dikembangkan dan infrastruktur jaringan yang ada diperbaharui, aplikasi yang akan digunakan umumnya juga akan mengalami peningkatan dalam hal konsumsi bandwidth. Video streaming dan Voice over IP (VoIP) adalah beberapa contoh penggunaan teknologi baru yang turut mengkonsumsi bandwidth dalam jumlah besar.

Satuan dasar dari bandwidth adalah bits per second (bps). Walaupun satuan dasar yang dipakai adalah bps, unit satuan yang lebih besar lebih umum dipakai. Network bandwidth biasanya dihitung dalam satuan thousands bits per second (kbps), millions bits per second (Mbps), billions bits per second (Gbps), dan trillions bits per second (Tbps). Satuan ini umum digunakan dalam pemakaian sehari-hari, terutama karena semakin meningkatnya kebutuhan bandwidth dan perkembangan teknologi informasi.

Besarnya bandwidth bervariasi tergantung dari tipe medium yang digunakan serta teknologi LAN atau WAN yang digunakan. Fisik dan medium yang digunakan juga turut mempengaruhi besarnya bandwidth. Sinyal data dapat melalui kabel twisted-pair, kabel koaksial, kabel serat kaca, dan udara. Perbedaan dari bagaimana sinyal tersebut berjalan secara fisik mengakibatkan batasan yang mendasar terhadap besarnya kapasitas medium tersebut untuk membawa informasi. Namun bandwidth yang sebenarnya ditentukan oleh kombinasi dari medium fisik dan teknologi yang dipilih untuk bisa mendeteksi dan mengirimkan sinyal data dalam sebuah jaringan. Tabel berikut berisi beberapa tipe teknologi yang umum digunakan:

Tabel 2.1 Tabel perbandingan tipe teknologi komunikasi (Fellows, 2000)

Connection Type

Bandwidth

T3

44.736 Mbps

E3

34.268 Mbps

E1 line

2.048 Mbps

T1 line

1.544 Mbps

DSL or ADSL

250 kbps – 1.5 Mbps

Frame relay

250 Kbps – 1.5 Mbps

Cable modem

1.5 Mbps – 10 Mbps

ISDN

64 Kbps – 128 Kbps

Dial-up modem

28 Kbps – 56 Kbps